1. Persamaan
reaksinya adalah :
·
3 K2 (l)
+ 2 AlCl3 (s) à 6 KCl(s) + 2 Al(s)
·
2 Al(S)
+ 2 OHˉ (aq)
+ 2 H2O 2 AlOˉ(aq) + 3 H2(g)
·
Al(s) + 3 H3O à Al(OH)3(aq) + 3 H2(g)
·
2TlOH(aq) + CO2(g) à TI2CO3(aq) + H2O(l)
2. Sebab
pada udara bebas Al3+ unsur tersebut tidak stabil sehingga mudah
teroksidasi menjadi lapisan tipis oksida (Al2O3) yang tahan terhadap korosi.
Aluminium
murni adalah logam berwarna putih keperakan dengan banyak karakteristik yang
diinginkan. Aluminium ringan, tidak beracun (sebagai logam), nonmagnetik dan
tidak memercik. Aluminium sangat lunak dan kurang keras. Aluminium adalah logam
aktif seperti yang ditunjukkan pada harga potensial reduksinya dan tidak
ditemukan dalam bentuk unsur di alam.
Aluminium,
apabila pertama kali ditemui, adalah amat sukar untuk diasingkan daripada
bijihnya. Aluminium merupakan logam yang paling sukar untuk ditulenkan,
sungguhpun ia merupakan salah satu unsur yang paling biasa di Bumi. Sebab utama
ialah aluminium teroksida dengan sangat cepat dan oksidanya merupakan sebagian
yang sangat stabil, sehinggakan, berbeda daripada karat pada besi, ia tidak
akan mengelupas. Inilah juga merupakan sebab mengapa ia digunakan dalam
berbagai jenis aplikasi.
Aluminium
itu:
·
Ringan (massa jenis 2,7 g/cm3)
·
Lunak dan kurang keras
·
Mengkilap
·
Tidak beracun
·
Mudah ditempa
·
Tahan terhadap korosi (bahasa gaulnya mah… tak
karatan)
·
Mudah bereaksi, sehingga tidak terdapat dalam
bentuk unsur bebas di alam.
Sifat
aluminium yang mudah bereaksi inilah yang membuat bentuk bebasnya tidak ada di
alam. Selain itu, dikarenakan berada di kerak Bumi dalam jumlah yang banyak.
Unsur aluminium terdapat pada kulit bumi dalam bentuk senyawa oksida, seperti
bauksit dan tanah liat.
3. Tahapan
pemurnian Al dari bauksit :
·
Bauksit dihancurkan dan Al2O3
dipisahkan dari zat pengotor lainnya dalam bauksit dengan melarutkannya dalam
NaOH pekat. Campuran ini dipanaskan dalam tangki bertekanan dan menghasilkan
NaAl (OH)4.
Tidak seperti NaAl(OH)4 yang larut
dalam air, kebanyakan zat pengotor tidak larut termasuk Fe(III) oksida,
sehingga produk reaksi perlu disaring.
·
NaAl(OH)4 diencerkan dengan air atau
gas CO2 dilewatkan melalui larutan NaAl(OH)4 untuk
mendapatkan endapan Al(OH)3.
Selanjutnya produk reaksi disaring
untuk memperoleh Al(OH)3 yang kemudian dipanaskan untuk mendapatkan
bubuk Al2O3.
·
Al2O3 kemudian dilarutkan
dalam lelehan kriolit (Na3AlF6) dimana Al2O3
terdisosiasi menjadi Al3+ dan O2-. Proses elektrolisis
dilakukan pada suhu 950 ⁰C dan Campuran ini dimasukkan kedalam sel elektrolisis
dimana reaksi elektrolisis berikut terjadi :
Lelehan Al
yang terbentuk pada katode membentuk lapisan di dasar sel yang berupa zat cair
dan kemudian dikeluarkan secara periodik ke dalam cetakan untuk mendapat
aluminium batangan (ingot). Jadi, selama elektrolisis anode grafit terus
menerus dihabiskan karena bereaksi dengan O2 sehingga harus diganti dari waktu
ke waktu.
4.
Atom pada unsur -unsur ini mempunyai tiga elektron
valensi, 2 di subkulit s dan 1 di sub kulit p, sehingga semua unsur mempunyai
tingkat oksidasi 3. Secara umum, tingkat oksidasi yang ditemukan pada
unsur-unsur golongan III adalah +3 dan +1. Kestabilan tingkat oksidasi +1
berurutan yaitu dari Ga<In<Tl. Kecuali boron dan aluminium, unsur-unsur
yang lain menunjukkan tingkat oksidasi +1. Tingkat oksidasi +1 makin stabil
dari B ke Tl.
Talium memiliki dua valensi Tl(I) dan
Tl(III), dan Tl(II) adalah juga senyawa valensi campuran Tl monovalen dan
trivalen. Pada Talium hampir semua senyawaannya mempunyai bilangan Oksidasi +1.
Bilangan oksidasi +3 relatif kurang stabil dibandingkan +1.
Yang lebih stabil antara Talium (I) atau
Talium (II) adalah talium (I) karena kation Tl+ (Talium (I) )
,dengan konfigurasi elektronik : [36Kr] 4d10 4f14
5s2 5p6 5d10 6s2 yang kestabilan
sistem konfigurasi ini sering pula dikaitkan dengan kenyataan “penuh”nya semua
orbital yang terisi,yang secara khusus dikenal sebagai sistem konfigurasi
elektronik “18 + 2” atau dengan istilah spesies dengan pasangan electron inert.
5.
Pada mulanya larutan yang mengandung ion Al3+
jika ditambahkan dengan basa kuat seperti NaOH akan terjadi endapan setelah
bereaksi, dengan persamaan reaksinya :
Dan jika
terjadi reaksi OHˉ secara berlebih maka Al yang semula mengalami endapan akan
melarut kembali, dengan reaksi :